Jateng
Sabtu, 11 Mei 2024 - 12:47 WIB

Mudah Perawatannya, Wayang Fiber Karya Perajin Ambarawa Diburu Para Kolektor

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, UNGARAN–Jika biasanya wayang terbuat dari kulit hewan ataupun kayu, di Kelurahan Kranggan, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng), ternyata ada perajin wayang yang menggunakan bahan dasar fiber.

Perajin bernama Kusbiantoro, 37, itu setiap hari membuat kreasi wayang dari bahan dasar fiber di kios promosi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) miliknya yang berada di sekitar Gua Maria Kerep, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.

Advertisement

Kusbiantoro mengaku ide membuat wayang dari bahan fiber bermula saat mendapatkan pesanan pembeli dari Jakarta. Pembeli tersebut ingin memiliki wayang, namun bukan dari kulit hewan. Hal itu yang memacunya untuk membuat wayang dari bahan lain yang belum ada.

“Pembeli tersebut beragama Buddha, dia ingin memesan wayang tapi tidak berbahan kulit makhluk hidup. Saat itu saya mencoba dari kertas, tapi hasilnya kurang maksimal,” bebernya, Sabtu (11/5/2024).

Advertisement

“Pembeli tersebut beragama Buddha, dia ingin memesan wayang tapi tidak berbahan kulit makhluk hidup. Saat itu saya mencoba dari kertas, tapi hasilnya kurang maksimal,” bebernya, Sabtu (11/5/2024).

Setelah melakukan serangkaian percobaan dan masukan dari beberapa teman, akhirnya Kusbiantoro mencoba membuat wayang berbahan fiber. Tak disangka hasilnya justru bagus dan disukai pembelinya.

Menurutnya, setiap bahan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bahan fiber dinilainya lebih tahan cuaca dan perawatan mudah. Sementara kulit, secara kualitas sangat bagus.

Advertisement

“Untuk pembuatan satu wayang membutuhkan waktu kisaran 30 jam hingga 90 jam, tergantung ukuran wayang dan kerumitannya. Kalau ukuran normal sekira 75 centimeter, dengan bahan fiber ketebalan 0,8 atau 1,2 mili,” ucapnya.

Sebelum mengukir wayang, terlebih dahulu Kusbiantoro memasang gambar wayang kemudian dimal di kertas. Setelahnya diukur, dipotong, dan diampelas hingga halus dan seratnya keluar. Kemudian ditatah atau diukir dengan solder modifikasi hingga membentuk wayang sepenuhnya.

“Kalau sudah jadi, lalu dicat dengan akrilik yang memiliki daya tempel kuat sehingga awet,” kata Kusbiantoro.

Advertisement

Dia menyebut, untuk satu wayang fiber buatannya dipatok harga mulai Rp260.000 hingga Rp900.000. Harga tersebut tergantung dengan tingkat kerumitan, ukuran, dan waktu pengerjaan wayang.

“Kalau yang bentuk gunungan, harga bisa Rp1 juta untuk ukuran besar,” ungkapnya.

Diakuinya, saat ini wayang fiber mulai banyak diminati oleh kolektor dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Magelang, hingga Kalimantan. Mereka menyukai wayang fiber karena dinilai lebih mudah perawatannya dan kuat terhadap cuaca.

Advertisement

“Alasannya ya itu tadi, dinilai lebih tahan cuaca baik panas atau dingin, serta perawatannya lebih mudah saat dipajang,” beber Kusbiantoro.

Kusbiantoro mengaku menyukai wayang sejak bersekolah di tingkat SMP. Dia belajar dari kakeknya mengenai seni pedalangan dan pengetahuan terkait tokoh-tokoh pewayangan.

“Lalu saya menekuni dunia lukis dan membuat wayang ini mulanya hanya sampingan, namun ternyata yang sampingan malah jadi yang utama. Sekarang melukis hanya sesekali kalau ada pesanan,” ujarnya.

Pembuatan wayang fiber ini, kata Kusbiantoro, juga bertujuan semakin mengenalkan budaya dan kesenian leluhur ke generasi muda. Harapannya, kian banyak yang menggemari wayang dan melestarikannya hingga ke anak-cucu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif